A. Pengertian Etika
Secara Etimologis berasal dari bahasa Yunani “ethos” yang artimya cara bertindak, adat, tempat tinggal dan kebisaan yang menyangkut dengan masalah moral. Kata moral itu sendiri berasal dari bahasa latin “mos” yang memiliki arti yang sama dengan kata etika. Jadi secara harfiah etika adalah salah satu cabang dari filsafat yang bertitik tolak dari masalah nilai dan moral manusia yang berkenaan dengan tindakan manusia.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 1993) Etika adalah suatu ilmu tentang apa yang baik dan yang buruk serta tentang hak dan kewajiban (akhlak).
Menurut filosofi agama Etika adalah sebuah pandangan moralitas yang mengarahkan manusia untuk berbuat baik antar sesamanya agar tercipta masyarakat yang baik dan aman.
Menurut Siagian (1996:3), etika mempelajari dan menentukan apakah suatu tindakan baik atau buruk, atau tindakan apa yang seyogyanya dibenarkan dan tidak dibenarkan. Sasaran etika sebagai suatu bidang studi ialah menentukan standar untuk membedakan antara karakter yang baik dan yang tidak baik.
Menurut Velasquez (2005:10), etika merupakan ilmu yang mendalami standar moral perorangan dan standar moral masyarakat. Ia mempertanyakan bagaimana standar-standar diaplikasikan dalam kehidupan kita dan apakah standar masuk akal atau tidak masuk akal, yaitu apakah didukung dengan penalaran yang bagus atau yang jelek.
Menurut Gumbira-Sa’id (2006) etika dalam prakteknya terdapat tiga arti:
1. Nilai-nilai dan norma-norma (pedoman aturan standar atau ukuran, baik yang tertulis maupun tidak tertulis) moral yang menjadi pegangan seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya.
2. Kumpulan asas atau nilai moral (Kode Etik).
3. Ilmu tentang perihal yang baik atau buruk.
Etika memiliki pengertian bahwa manusia diharapkan mampu mengatasi sifat-sifat jahatnya dan mengembangkan sifat-sifat baik dalam dirinya.
Paul Foulquie mendefinisikan etika sebagai “aturan kebiasaan, yang apabila ditaati dan dipatuhi, akan mengantarkan manusia meraih segenap tujuannya”. Biasanya etika sangat terkait dengan persoalan-persoalan bagaimana meraih kebahagiaan dalam diri manusia. Kita sering mendengar istilah “etika kebahagiaan”.
B. Pembagian Etika Sebagai Ilmu Moralitas
Sebagai ilmu yang mempelajari tentang moralitas, Etika memiliki beberapa fungsi dan perwujudan yaitu:
1. Etika Deskriptif (descriptive ethics)
Etika deskriptif adalah sebuah kajian empiris atas berbagai aturan dan kebiasaan moral seorang individu, sebuah kelompok atau masyarakat, agama tertentu, atau sejenisnya. Secara normatif menjelaskan, secara moral berusaha untuk mengetahui motivasi, kemauan dan tujuan suatu tindakan dalam tingkah laku manusia.
2. Etika Normatif (normative ethics)
Etika normatif mengkaji dan menela’ah teori-teori moral tentang kebenaran dan kesalahan. Merupakan etika yang berusaha menjelaskan mengapa manusia bertindak seperti apa yang mereka lakukan, dan apakah prinsip-prinsip dari kehidupan manusia.
3. Metaetika (metaethics)
Metaetika atau etika analitis tidak berkaitan fakta-fakta empiris atau historis, dan juga tidak melakukan penilaian evaluasi atau normatif. Meta-etika lebih suka mengkaji persoalan-persoalan etika, seperti pertanyaan: apa makna dari penggunaan ungkapan “benar” atau “salah”?. Merupakan etika yang berusaha memberikan arti istilah dan bahsa yang di pakai dalam pembicaraan etika , serta cara berfikir yang di pakai untuk membenarkan pernyataan-pernyataan etika.
Menurut Plato dan Socrates, dengan adanya etika akan timbullah hubungan yang rapat antara kebaikan moral dan personaliti yang sehat.
C. Pembahasan Metaetika
Awalan meta- (dari bahasa Yunani) mempunyai arti ”melebihi”, ”melampaui”. Istilah ini diciptakan untuk menunjukan bahwa yang dibahas disini bukanlah moralitas secara langsung, melainkan ucapan-ucapan kita dibidang moralitas.
Metaetika bergerak pada tataran bahasa, atau memelajari logika khusus dari ucapan-ucapan etis. Metaetika dapat ditempatkan dalam wilayah filsafat analitis, dengan pelopornya antara lain filsuf Inggris George Moore (1873-1958). Filsafat analitis menganggap analisis bahasa sebagai bagian terpenting, bahkan satu-satunya, tugas filsafat.
Salah satu masalah yang ramai dibicarakan dalam metaetika adalah the is/ought question, yaitu apakah ucapan normatif dapat diturunkan dari ucapan faktual. Kalau sesuatu merupakan kenyataan (is), apakah dari situ dapat disimpulkan bahwa sesuatu harus atau boleh dilakukan (ought).
Metaetika merupakan hasil kajian dari etika deskriptif dengan etika normatif, menjelaskan tentang ciri-ciri serta istilah yang berkaitan dengan tindakan bermoral atau sebaliknya seperti kebaikan, kejahatan, tanggung jawab dan kewajiban. Penjelasan lain metaetika yakni mempertanyakan makna yang di kandung oleh istilah-istilah kesusilaan yang dipakai untuk membuat tanggapan-tanggapan kesusilaan (Bambang Rudito dan Melia Famiola:2007).
Metaetika merupakan suatu bentuk analitik yang berkaitan dengan menganalisis semua peraturan yang berkaitan dengan tingkah laku, baik dan jahat. Kritikal yang berkaitan dengan mengkritik terhadap apa-apa yang telah di analisis. Metaetika mengkaji asal prinsip-prinsip etika dan penggunaannya. Pertanyaannya adalah: Adakah prinsip-prinsip etika yang merupakan suatu rekaan sosial? Adakah prinsip-prinsip etika sosial ini merupakan gambaran daripada emosi individu? Metaetikalah yang akan menjawab semua persoalaan ini yang memfokuskan kebenaran universal, ketentuan Tuhan, alasan kepada penilaian etika dan definisi istilah-istilah yang berkaitan dengan etika itu sendiri.
Metaetika sebagai suatu jalan menuju konsepsi atas benar atau tidaknya suatu tindakan atau peristiwa. Dalam metaetika, tindakan atau peristiwa yang dibahas dipelajari berdasarkan hal itu sendiri dan dampak yang dibuatnya.
D. Contoh Kasus
Sebagai contoh,"Seorang anak menendang bola hingga kaca jendela pecah." Secara metaetis, baik-buruknya tindakan tersebut harus dilihat menurut sudut pandang yang netral. Pertama, dari sudut pandang si anak, bukanlah suatu kesalahan apabila ia menendang bola ketika sedang bermain, karena memang dunianya (dunia anak-anak) salah satunya adalah bermain, apalagi ia tidak sengaja melakukannya. Akan tetapi kalau dilihat dari pihak pemilik jendela, tentu ia akan mendefinisikan hal ini sebagai kesalahan yang telah dibuat oleh si anak. Si pemilik jendela berasumsi demikian karena ia merasa dirinya telah dirugikan.
Bagaimanapun juga, hal-hal seperti ini tidak akan pernah menemui kejelasannya hingga salah satu pihak terpaksa kalah atau mungkin masalah menjadi berlarut-larut. Mungkin juga kedua pihak dapat saling memberi maklum. Menyikapi persoalan-persoalan yang semacam inilah, maka metaetika dijadikan bekal awal dalam mempertimbangkan suatu masalah, sebelum penetapan hasil pertimbangan dibuat.
E. Kesimpulan
Etika memberikan orientasi kepada manusia tentang bagaimana ia menjalani hidupnya melalui rangkain tindakan sehari-hari. Itu berarti etika membantu manusia untuk mengambil sikap dan cara berindak secara tepat dalam menjalani hidup ini. Dari berbagi komponen-komponen etika itu sendiri termasuk metaetika dan etika deskriptif pada akhirnya akan membantu kita untuk membuat pilihan, pilihan terhadap nilai yang menjelma dalam sikap dan perilaku yang sangat mewarnai dan menentukan makna hidup kita. Selain itu etika dapat membantu kita untuk mengambil keputusan tentang tindakan apa yang akan kita lakukan dalam suatu kondisi dan situasi tertentu dalam hidup kita sehari-hari.